Inhuwa.com — Perlu dan Patut untuk Diketahui Publik
Pendiri
Inhuwa.com didirikan oleh Ahmad Tamami Jakfar, seorang penulis, peneliti, dan penikmat khazanah filosufistik. Kehadiran blog ini merupakan manifestasi dari komitmennya untuk menyuguhkan wacana keislaman yang jernih, reflektif, dan bernas.
Sejarah dan Spirit Awal
Di tengah derasnya arus informasi dan riuhnya tafsir zaman—ketika batas antara opini dan kebenaran kian kabur—Inhuwa.com hadir sebagai sebuah ikhtiar yang sederhana namun bersungguh-sungguh: membawa kembali kejernihan makna dan kejelasan nilai di tengah kekacauan wacana.
Kita hidup di era di mana kata mudah sekali dilontarkan, tetapi makna sering kali diabaikan. Dunia digital telah melahirkan ledakan narasi, tetapi tidak semua membimbing kepada kebenaran. Banyak tulisan hadir hanya sebagai gema, bukan sebagai petunjuk. Banyak pendapat dibentuk bukan atas dasar ilmu dan adab, tetapi sebatas selera sesaat atau hiruk-pikuk popularitas.
Dalam lanskap seperti itulah, Inhuwa.com mengambil posisi. Bukan untuk ikut berteriak, tapi untuk menghadirkan ketenangan. Bukan untuk membanjiri ruang baca dengan sensasi, tapi untuk menanamkan kehati-hatian, kejujuran, dan tanggung jawab dalam setiap kata.
Kami percaya: menulis adalah amanah. Setiap kalimat adalah benih—ia bisa tumbuh menjadi pemahaman, atau sebaliknya, menyuburkan kesalahpahaman. Karena itu, setiap artikel di Inhuwa.com disusun dengan proses yang tidak tergesa: reflektif, kritis, dan bertanggung jawab.
Secara resmi, Inhuwa.com diluncurkan pada 10 Zulhijjah 1446 H, di tengah gema takbir Idul Adha. Tanggal itu dipilih bukan tanpa makna—melainkan sebagai isyarat bahwa setiap permulaan mesti disertai niat yang lurus dan ketundukan kepada Yang Maha Benar. Idul Adha adalah momentum kepasrahan, keikhlasan, dan ketaatan. Itulah pula nilai-nilai yang ingin kami bawa dalam perjalanan blog ini.
Nama Inhuwa sendiri diambil dari firman Allah dalam Surah An-Najm ayat 4: "In huwa illa wahyuyyuha" ("Tiada yang diucapkannya itu (al-Quran) melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.")
Sebuah nama yang bukan sebatas identitas, tetapi juga penunjuk arah. Ia mengingatkan kami, dan mudah-mudahan juga para pembaca, bahwa kata-kata bukan untuk dipermainkan. Tulisan, betapapun sederhana, seharusnya mengarah kepada kebenaran. Di sinilah kami ingin berdiri: bukan sebagai ruang gema kata-kata tanpa jiwa, tapi sebagai ruang zikir dan pikir, renung dan tanggung jawab.
Sejak awal, Inhuwa.com telah menyatakan diri sebagai blog yang independen—berfokus pada isu-isu Islam dan masyarakat Muslim. Kami bukan bagian dari konglomerasi media. Kami tidak didanai oleh korporasi besar, tidak disetir partai politik, dan tidak tunduk pada tekanan ekonomi. Kebebasan ini bukan untuk membanggakan diri, tapi agar kami tetap setia pada suara nurani dan arah nilai, bukan pada suara kekuasaan.
Kami hadir sebagai blog, bukan karena ingin dianggap remeh. Justru karena kami ingin tetap lentur—bebas dari struktur kaku dan tekanan birokrasi media. Blog, bagi kami, adalah ruang paling manusiawi untuk berbagi ilmu dan refleksi; ruang yang memungkinkan kejujuran tumbuh, tanpa kehilangan daya ilmiah dan ketajaman berpikir.
Cara Kami Menjemput Kebenaran
Di Inhuwa.com, kami percaya bahwa kebenaran bukan sekadar benda mati yang ditemukan, melainkan sesuatu yang harus dijemput dengan rendah hati dan penuh kesungguhan. Menulis bagi kami bukan hanya soal menyampaikan pendapat, tapi menapaki jalan menuju kebenaran. Dalam ikhtiar ini, kami berpijak pada tiga prinsip epistemik: koherensi, korespondensi, dan pragmatisme.
Pertama, koherensi: bahwa suatu gagasan harus selaras secara internal. Tulisan kami berusaha menjaga kesinambungan logika, tidak lompat dari satu ide ke ide lain tanpa jembatan yang kokoh. Kebenaran dalam koherensi berarti tidak saling bertabrakan dengan akal sehat, ilmu yang sahih, dan nilai-nilai yang kami yakini.
Kedua, korespondensi: bahwa kata-kata harus menyentuh kenyataan. Kami tidak ingin menghadirkan ide yang menggantung di awan, melainkan yang menjejak bumi. Kebenaran bukan sekadar narasi indah, tapi harus bersesuaian dengan kenyataan sosial, sejarah umat, dan kondisi manusia hari ini.
Ketiga, pragmatisme: bahwa kebenaran adalah apa yang memberi manfaat dan membimbing tindakan. Jika sebuah tulisan tidak menggerakkan hati, tidak menumbuhkan makna, atau tidak memberi arah—maka ia belum cukup benar. Bagi kami, tulisan yang baik adalah yang menyalakan lentera dalam jiwa dan membimbing langkah ke depan.
Dengan ketiga pendekatan ini, kami berharap tulisan-tulisan Inhuwa.com bukan hanya enak dibaca, tapi juga dapat dipercaya—karena ia lahir dari niat yang lurus, cara yang tertib, dan tujuan yang maslahat.
Undangan
Inhuwa.com dibangun bukan untuk menjadi menara gading yang bicara sendiri, melainkan ruang terbuka bagi suara-suara jernih yang peduli terhadap Islam dan masyarakat Muslim. Karena itu, kami dengan rendah hati mengundang Anda—siapa pun yang memiliki nurani, ilmu, dan kepedulian—untuk turut menulis bersama kami. Kami percaya, setiap orang punya pengalaman, pandangan, dan hikmah yang layak dibagikan. Asalkan berpijak pada tiga prinsip kami: kejujuran dalam kata, objektivitas dalam pandangan, dan tanggung jawab dalam menyampaikan.
Kami tidak mencari tulisan yang sempurna. Kami tidak menuntut gaya tertentu, tapi menghargai kedalaman makna. Baik refleksi pribadi, esai keislaman, catatan perjalanan batin, ataupun pandangan kritis terhadap isu umat—semua kami sambut, selama ia ditulis dengan niat baik dan cara yang beradab.
Kontributor (Penulis Tamu):
- Prof. Dr. Muhammad Syukri Albani Nasution, M.A. (Guru Besar Filsafat Hukum Islam – UIN Sumatera Utara)
- Dr. H. Hasan Matsum, M.Ag. (Ketua Umum MUI Kota Medan)
- Imam El Islamy (Akademisi dan Pengamat Sosial Keislaman – UIN Sumatera Utara)