Dua Amalan yang Pahalanya Setara dengan Haji



Hari ini, kita mendengar kabar bahwa sebagian jamaah haji Indonesia dari kelompok terbang (kloter) awal sudah kembali ke tanah air. Wajah mereka tampak berseri-seri, penuh ketenangan dan kebahagiaan. Mereka baru saja menyelesaikan salah satu ibadah terbesar dalam Islam—ibadah haji, yang merupakan rukun Islam kelima. Maka, mari kita panjatkan doa agar mereka semua menjadi haji dan hajjah yang mabrur. Haji yang diterima Allah, haji yang mengubah hidup mereka, haji yang penuh keberkahan bagi diri dan keluarga mereka.

Namun, barangkali sebagian dari kita pernah merasa sedih, merasa jauh dari kesempatan berhaji. Biaya yang besar, usia yang belum memungkinkan, atau mungkin belum mendapatkan panggilan dari Allah. Jangan bersedih. Karena Allah Maha Adil dan Maha Pemurah. Bagi orang-orang yang belum mampu berhaji, Allah tetap membuka pintu pahala yang sama besarnya, bahkan dengan amalan yang bisa dilakukan setiap hari, di rumah, di masjid, atau di lingkungan kita masing-masing.

Rasulullah SAW, melalui hadits-haditsnya, mengabarkan bahwa ada dua amalan yang pahalanya setara dengan ibadah haji.

Yang pertama adalah shalat Subuh berjamaah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua rakaat.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari sahabat Anas RA, Rasulullah bersabda:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌مَنْ ‌صَلَّى ‌الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللّٰهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ. قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Artinya: "Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah. Rasulullah menegaskan: Sempurna, sempurna, sempurna." (HR. Tirmidzi)

Bayangkan, sebuah ibadah yang bisa kita lakukan secara rutin setiap pagi, jika kita mau meluangkan waktu dan menjaga niat. Duduk sejenak setelah Subuh, tidak tergesa-gesa, tidak langsung pergi bekerja, melainkan duduk dan berdzikir, membaca Al-Qur’an, beristighfar, bertafakkur, lalu shalat dua rakaat saat matahari mulai naik, kira-kira 15 menit setelah terbit. Itulah shalat Isyraq, atau Syuruq.

Namun, kita sadari tidak semua orang memiliki kesempatan itu. Sebagian dari kita harus berangkat kerja pagi-pagi. Ada juga yang memiliki tanggung jawab lain yang tidak bisa ditinggalkan. Maka di sinilah letaknya keindahan Islam—agama ini selalu memberi ruang bagi kemudahan.

Jika tidak bisa meraih amalan pertama, masih ada amalan kedua. Dan amalan ini bahkan bisa dilakukan oleh semua orang—di rumah masing-masing, di desa, di kota, oleh yang muda maupun yang tua. Amalan itu adalah berbakti kepada orang tua.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, diriwayatkan dari Anas bin Malik RA:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: ‌إِنِّي ‌أَشْتَهِي ‌الْجِهَادَ وَلَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، قَالَ: فَهَلْ بَقِيَ أَحَدٌ مِنْ وَالِدَيْكَ؟ قَالَ: أُمِّي، قَالَ: فَابْلُ اللّٰهَ عُذْرًا فِي بِرِّهَا، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ، فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِدٌ إِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ، فَاتَّقِ اللّٰهَ وَبِرَّهَا

Artinya: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata: 'Aku ingin berjihad tetapi aku tidak mampu.' Nabi bertanya: 'Apakah ibumu masih hidup?' Ia menjawab: 'Iya.' Nabi bersabda: 'Bersungguh-sungguhlah berbakti kepadanya, maka jika ia ridha kepadamu, engkau seperti orang yang berhaji, berumrah, dan berjihad.'" (HR. Thabrani)

Lihatlah bagaimana berbakti kepada orang tua dinilai begitu tinggi oleh Rasulullah. Bahkan setara dengan pahala tiga amalan besar sekaligus—haji, umrah, dan jihad. Tentu ini bukan tanpa alasan. Karena membahagiakan orang tua, melayani mereka dengan penuh cinta, bersikap lembut dan santun, adalah ibadah yang membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan kesungguhan hati.

Terkadang kita keliru. Kita menunggu orang tua berbuat baik terlebih dahulu, baru kita membalasnya. Padahal, Allah berfirman:

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya: "Dan terhadap kedua orang tua hendaklah berbuat ihsan." (QS. Al-Baqarah: 83)

Ihsan itu bukan balas jasa. Ihsan bukan mukafaah—bukan menunggu kebaikan mereka dulu. Mukafaah itu seperti balas jasa. Ihsan adalah kebaikan yang kita lakukan dengan niat menghambakan diri kepada Allah, tanpa syarat, tanpa pamrih. Bahkan jika orang tua kita pernah menyakiti atau tidak adil kepada kita, tetaplah kita berbuat baik. Karena ihsan bukan soal mereka, tapi soal kita dan Allah. Ihsan itu transaksinya kepada Allah. 

Pernah ada yang bertanya kepada saya: "Apakah kita tetap wajib berbakti jika orang tua kita pernah menyakiti kita secara emosional atau bahkan fisik?" Maka jawabannya tetap: Wabilwalidaini ihsana—berbuat baiklah kepada orang tuamu. Sebab Allah memerintahkan ihsan, bukan mukafaah. Kita berbuat baik bukan karena mereka baik, tapi karena kita ingin menjadi hamba yang taat.

Untuk itu, jika belum mampu berangkat ke tanah suci, jangan kecil hati. Masih ada pintu-pintu besar menuju pahala yang agung. Pertama, shalat Subuh berjamaah, lalu berdzikir hingga matahari terbit, lalu shalat dua rakaat. Kedua, berbakti kepada kedua orang tua, terutama jika mereka masih hidup.

Dua amalan ini terbuka untuk siapa saja. Tidak perlu menunggu kaya. Tidak perlu menunggu tua. Bahkan tidak perlu menunggu sehat. Hanya butuh niat, waktu, dan hati yang berserah kepada Allah.

Semoga Allah mudahkan kita semua untuk mengamalkannya. Semoga setiap Subuh kita menjadi awal cahaya yang besar, dan setiap bakti kita kepada orang tua menjadi tangga menuju ridha Allah Swt.

Inhuwa.com dikelola secara independen tanpa pendanaan dari korporasi, partai, atau lembaga mana pun.
Seluruh operasional kami — mulai dari server, riset, hingga honor penulis tamu — berasal dari dana pribadi dan dukungan publik.

Dukungan Anda, sekecil apa pun, sangat berarti bagi kelangsungan blog ini agar terus menjadi sumber pengetahuan yang jujur, kredibel, dan mencerahkan tentang Islam dan masyarakat Muslim.

💳 Donasi via Transfer

🏦 BSI (Bank Syariah Indonesia)

📌 No. Rekening: 7307693423

👤 a.n. Ahmad Tamami

Semoga Allah membalas setiap kebaikan Anda dengan keberkahan hidup dan pahala jariyah yang terus mengalir. Aamiin.

Lebih baru Lebih lama